CERITA DEWASA ISTRIKU NIKMATI GENJOTAN MALING PERKASA

CERITA DEWASA ISTRIKU NIKMATI GENJOTAN MALING PERKASA


CERITA DEWASA ISTRIKU NIKMATI GENJOTAN MALING PERKASA, Hasrat-Bispak63 Mendadak suatu suara keras menggugah kami di larut malam. Fatimah istriku memegang lenganku karena amat ketakutannya. Suara itu tiba dari arah dapur. Kelihatannya kaca yang jatuh awut-awutan. Instingku mengucapkan ada sesuatu hal yang gak kelar ada dalam rumah ini. Saya bangun serta menghidupkan lampu. Istriku usaha mengendalikan saya. Dengan berhati-hati saya bangun dan buka pintu dan mengambil langkah ke dapur. WAJIB 4D


Saya terkejut dengan ketakutan yang sangat saat tampak figur asing di bawah jendela dapurku. Tampak di lantai kaca jendela pecah berantakan. Jelas ia ini maling yang mau merampas dalam rumah kami. Sama


terkejut dengan lincahnya maling ini berdiri dan ambil langkah pendek menyabet pisau dapur kami yang tak jauh dari tempatnya. Orang ini lebih besar dari saya. Dengan rambut serta jambangnya yang tidak bercukur kelihatan demikian gahar. Dengan busananya yang T. Shirt gelap serta celana jean bolong-bolong ia menyeringai mengintimidasi saya dengan pisau dapur itu.


Saya betul-betul lelaki yang gak pernah mengetahui bagaimana berkelahi. Menyaksikan tingkah maling ini segera nyaliku putus. Dengan gemetaran yang paling saya lari kembali lagi ke kamar tidurku serta tutup pintunya. Akan tetapi kalah cepat dengan maling itu. Saya usaha keras menghimpit untuk menutup kebalikannya maling itu terus memajukan dengan kuatnya. Istriku histeris berteriak-teriak ketakutan, 


"Ada apakah Maass.. Toloonngg.. Tolongg.."


Tapi seruan itu tentu percuma. Rumah kami yaitu rumah baru di perumahan yang belumlah banyak penghuninya. Tetangga paling dekat kami ialah Pak RT yang jaraknya seputar 30 rumah kosong, yang belum memiliki penghuni, dari rumah kami. Sementara di arah yang lain yakni bentang kali dan sawah yang luas berpetak-petak. Semenjak pernikahan kami dua tahun lalu, berikut ini rumah credit kami yang anyar kami tinggali sepanjang dua bulan ini.


Usaha ambil dan dorong pintu itu dengan jelas dimenangi oleh sang maling. Saya terdepak jatuh ke lantai serta maling itu dengan lega masuk ruangan tidur kami. Ia mengacung-acungkan pisau dapur ke isteriku biar tidak berteriak-teriak sembari memberi ancaman akan potong leherku. Istriku sekejap ‘klakep' sepi. Sekalian menodongkan pisau ke leherku dengan kasar saya digapainya dengan menarik bajuku keluar kamar. Matanya kelihatan sapu tempat keluarga serta menarikku merapat ke dalam lemari piranti. Pastilah di nyari-nyari benda bernilai yang kami taruh.


Ia mendapati lakban di pijakkkan beberapa macam perabotan. Dengan 1/2 membanting ia memajukan saya supaya duduk di lantai. Ia me-lakban tangan serta kakiku lantas mulutku sampai saya serius bungkem. Pada kondisi tidak berdaya saya diambilnya balik ke kamar tidurku. Istriku kembali berteriak sekalian menangis histeris. Tapi itu cuman sejenak.


Maling ini benar-benar profesional serta berdarah dingin. Ia cuma katakan,


"Diam nyonya cantiikk.. Tak boleh bikin saya kalap lhoo.." kembali istriku ‘klakep' serta sepi.


Terlihat maling itu menyapukan penglihatannya ke Kamar tidurku. Ia melihati jendela, almari, tempat tidur, rack kset dan pesawat radio di kamarku. Ia kelihatannya memikir. Semua aku saksikan dalam kelumpuhan serta kebisuanku karena lakban yang mengikat kaki tanganku dan membekap rapat mulutku.


Mendadak maling itu dekati Fatimah istriku yang gemetaran menggulung badannya dipojok dipan karena shock serta histeris dengan kejadian yang lagi terjadi. Dengan lakbannya dia terus bekap mulutnya dan direbahkannya badannya di dipan. Saya tidak sanggup apapun cuman sanggup tergelimpang dan berkedip di lantai. Saya lihat bagaimana sorot mata ketakutan di wajah Fatimah istriku itu.


Rupanya maling itu melebarkan tangan istriku dan mengikatnya terpisah di kiri kanan kisi-kisi tempat tidur kayu kami. Demikian juga pada kakinya. Ia bentangkan dan ikat di kaki-kaki dipan. Dan pada akhirnya yang berlangsung yakni saya yang tergelintang lumpuh di lantai sementara Fatimah istriku celentang dan terlilit di dipan pengantin kami.


Hatiku benar-benar tidak nikmat. Saya panik maling ini melakukan perbuatan di luar batasan. Lihat figurnya, terlihat ia ini orang kasar. Badannya terlihat teguh dengan otot-ototnya yang membayang dari T. Shirt dekilnya. Saya taksir tingginya ada kira-kira 180 cm. Saya melihati matanya yang melotot sembari memarahi,


"Diam nyonya cantiikk.." saat menyaksikan istriku yang kelihatan sangatlah seksi dengan kemeja tidurnya yang serba mini lantaran udara panas di kamar kami yang sempit ini.


"Saya pengin makan dahulu ya sayaang.. Gak boleh beberapa macam". Ia nyelonong keluar ke arah dapur. Dasar maling tidak hanya modal. Ia ngancam gunakan pisauku, ngikat gunakan lakbanku saat ini makan makananku.


Terlihat istriku berontak membebaskan diri dengan buang waktu. Terkadang kelihatan matanya risau serta ketakutan Melihat saya. Saya menggeleng-gelengkan kepalaku berniat melarang bergerak banyak. Irit tenaga.


Sehabis makan maling itu gelatakan membukai Beragam almari serta laci-laci di dalam rumah. Ia gak dapat peroleh apapun sebab kami tidak mempunyai apa- apa. Saya renungkan begitu parasnya akan sedih sebab kecewa. Kudengar nada gerutu. Kedengarannya ia geram.


Dengan menyepak pintu ia kembali masuk ruangan tidur kami. Buka almari kemeja dan mengaduk-adukkannya. Dilempar-lemparkannya isi almari sampai lantai penuh berantakan. Ia membuka kotak perhiasan istriku. Dibuang-buangnya perhiasan palsu istriku.


Sebab tidak mendapati apa yang dicari Maling menggeser target kekesalan. Ia pandangi istriku yang celentang dalam ikatan di dipan. Ia merapat sembari membentak,


"Mana uang, manaa..? Dasar miskin yaa..? Kamu umpetin di mana..?"


Tangannya yang berkilau berotot bergerak menggapai busana tidur istriku selanjutnya menariknya dengan keras sampai robek serta putus kancing-kancingnya. Dan yang setelah itu tampak terekspos yaitu bukit kembar yang demikian elok. Payudara Fatimah yang paling ranum dan padat yang memanglah tanpa ada BH tiap-tiap jam tidur. Terlihat sekali muka maling itu kagum.


Saat ini saya serius begitu takut. Semua Peluang dapat terjadi. Saya lihat ada perombakan raut parasnya. Selepas tidak menghasilkan uang atau benda bernilai ia jadi ingin tahu. Ia terasa punya hak mendapatkan substitusi yang setimpal. Maling itu lebih merapat kembali ke Fatimah serta dengan lagi menyaksikani buah dadanya yang paling sensual itu. Perlahan-lahan ia duduk ditepian dipan.


"Di mana kamu taruh uangmu nyonya cantiikk..?" sembari tangan turun sentuh badan Fatimah yang serupa sekali tidak dapat menampik lantaran kaki dan tangannyaterikat lakban itu. Dan tangan itu mulai mengelusi dekat Payudaranya.


Ampuunn.. Kusaksikan bagaimana mata Fatimah begitu paniknya. Ia merem pejamkan matanya sembari Memperdengarkan suara dari hidungnya,


"Hheehh.. Hheehh.. Heehh..".


Istriku keluarkan air mata dan menangis, menggeleng-geleng kepalanya sekalian keluarkan dengus dari hidungnya.


Air mata istriku menstimulasi ia bertambah biadab. Tangan-tangannya tanpa dengan kuatir mengelus- elus dan selanjutnya meremas-remas buah dada Fatimah dan anggota badan sensitive yang lain. Ini betul-betul membikin darahku menggelegak berang. Saya mesti lakukan perbuatan suatu hal yang bias hentikan semuanya apa saja kemungkinannya. Yang setelah itu dapat kulakukan yaitu gerakkan kakiku yang terlilit, menekuk dan selanjutnya menyepakkan ke perbatasan ranjangku. Maling itu terkaget tetapi sekali-kali tidak bergerak.


"Hey, brengsek. Pengin ngapain kamu. Tak boleh beberapa macam. Tidak boleh kacaukan istrimu yang nikmati pijitanku,"ia membentak saya. Dan saya lalu patah semangat. Saya tidak mungkin melakukan hal apapun kembali. Sekarang cuman batinku yang meratap insiden ini.


Serta yang berlangsung selanjutnya ialah suatu Yang sungguh-sungguh menakutkan. Maling itu menarik robek seluruhnya baju tidur istriku. Ia sungguh-sungguh bikin Fatimah telanjang terkecuali celana dalamnya. Lalu ia rebah rapatkan badannya disisinya. Istriku terlihat bak rusa roboh dalam tangkapan serigala. Serta sekarang pemangsanya merapat untuk mengoyak-oyak buat nikmati badannya.


Ia tidak sanggup berpuat apapun kembali. Dalam 1/2 telanjangnya saya makin mengetahui begitu cantiknya Fatimah istriku ini. Ia tampilkan begitu beberapa bagian badannya memperlihatkan sensualitas yang nyata silau tiap-tiap lelaki yang melihatnya. Rambutnya yang mawut tergerai, percakapan lengan dan pundak melahirkan lembah ketiak yang bias menggoyangkan iman beberapa lelaki.


Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah ungu sebesar ujung jemari kelingking sangatlah menentang. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Demikian hebat memesona syahwat. Saya sendiri terheran-heran bagaimana saya dapat mempersunting dewi secantik ini.


Serta sekarang maling sadis itu menenggelamkan wajahnya ke dadanya. Ia menciumi dan menyusu Payudaranya seperti bayi. Ia mengenyoti pentil istriku yang kelihatannya usaha berontak dengan menggeliang-geliatkan badannya yang ditegaskan buang waktu. Dengan makin sadis hasrat nyolongnya sekarang berganti jadi gairah binatang yang disanggupi birahi.


Ia menyerobot menjilat-jilat dan menciumi ketiak istriku yang paling sensual itu. Berikut acara pesta besarnya. Ia kemungkinan tidak memikirkan akan mencicip nikmat tidur dengan wanita secantik Fatimah istriku ini.


Menjarah dengan kenyotan, jilatan dan kecupannya maling ini menyerobot ke perbatasan pinggul Fatimah dan naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus serta napasnya yang mengincar ia menjilat-jilati puser Fatimah sekalian tangannya gerayangan ke semua arah meremas dan kelihatan kadangkala sedikit mencakar menyalur gelegak gairah birahinya.


Perlawanan istriku sudah menurun. Yang didengar cuman gumam dengus mulut tersumpal sekalian menggeleng-gelengkan kepalanya menjadi pernyataan penolakannya. Kemungkinan ketakutan dan kelelahannya membikin stamina-nya ‘down' serta lumpuh. Sementara si maling terus melumati perut dan menjilat- jilat beberapa sisi sensual badannya.

CERITA DEWASA ISTRIKU NIKMATI GENJOTAN MALING PERKASA

Kebringasan dan kebrutalan nafsu syahwat maling ini kian melesat ke pucuk. Terang akan memerkosa istriku di muka saya suaminya. Ia bangkit dari tempat tidur dan secara sekejap melepas T. Shirt dan celana dekilnya. Ia menelanjangi dianya. Saya terpana. Maling itu punyai bentuk badan yang paling atletis dan menarik menurut ukuran penampilan badan lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat sebab keringatnya kelihatan dadanya, otot lengannya perutnya demikian kuat seperti eksekutor binaraga. Tungkai kakinya, paha dan betisnya benar-benar seirama sekali.


Yang membikin saya terperangah ialah kemaluannya. kont*l maling itu demikian mengagumkan. Tampak dari rimbun jembutnya kont*l itu tegak ngaceng dengan bonggol kepalanya yang berkilatan karena kerasnya tekanan darah syahwatnya yang mendoronginya. Besar dan panjangnya di atas umumnya kemaluan orang Asia dan tampak amat cocok dalam warna hitaman awal mulanya lantas sedikit belang kecoklat-coklatan di leher serta ujungnya. Lubang kencingnya tampak dari belahan bonggol yang mekar melawan. WAJIB 4D


Kesan-kesan kekumuhan awal mula yang kutemui dari rambut serta jambangan yang gak bercukur dan bajunya yang dekil langsung lenyap demikian lelaki maling ini bertelanjang. Ia tampak benar-benar jantan ragam jago.


Dalam ketakutan dan kuatir istriku Fatimah menyaksikan saat maling itu bangun dan secara sekejap melepas bajunya. Demikian lelaki maling itu betul-betul telanjang saya menyaksikan perombakan di wajah dan mata istriku. Paras serta penglihatannya tampak terkesima. Yang belumnya layu serta kuyu sekarang kasar dengan mata yang membelalak. Sebab barangkali ketakutannya yang makin jadi atau karena tersedianya 'surprise' yang tampil dari pribadi lelaki telanjang yang saat ini ada dengannya diranjangnya. Anehnya penglihatannya itu gak dilepaskan sampai ekor matanya ikuti dimanapun lelaki maling itu bergerak.


Kendati saya gak berani mengaitkan dengan cara benar, menurut pendapatku paras jenis itu ialah muka yang didera keinginan birahi. Apakah ada birahi Fatimah bangun serta berambisi pada lelaki maling yang dengan kasar udah mengikat serta menelanjangi badannya di muka suaminya itu. Atau barangkali 'surprise' yang disuguhi lelaki itu sudah membalik 180 derajat dari takut, berang dan tidak suka jadi dorongan syahwat yang hebat yang menempa semuanya sanubarinya? Ahh.. Saya dirasuki cemburu buta. Saya kerap dengar wanita yang suka dengan penculiknya.


Lelaki maling turun dari dipan dan merayap di muka arah kaki Fatimah yang terlilit. Ia mencapai kaki Fatimah yang terlilit dan memulai dengan menjilat-jilatinya. Lidahnya sapu ujung-ujung jemari kaki istriku lantas mengulumnya.Cerpensex


Saya saksikan kaki Fatimah yang seperti disengat listrik beberapa ribu watt. Terkejut meronta dan meregang- regang. Saya tidak tentu. Apa itu gerak kaki untuk berontak atau menghentikan kegelian syahwati. Sementara lelaki maling itu selalu menyerbu dengan jilatan-jilatannya di telapaknya. Begitu ia lakukan di ke-2  tungkai kaki istriku untuk memulai lumatan dan jialatan seterusnya ke arah pucuk nikmat syahwatnya.


Dengan tekniknya maling itu benar-benar berencana Jatuhkan martabatku sebagai suami Fatimah.


"Mas, istrimu sedap sekali loh. Bisa saya ent*t ya? Bisa.. Ha ha. Saya ent*t istrimu yaa.."


Dan saya di tempat ini yang tergelintang ragam tangkai pisang tidak punya daya cuma sanggup menerawang serta menelan ludah.


Akan tetapi ada yang mulai merambati dan merasuk ke sanubariku. Saya mau tahu, ragam apa muka Fatimah waktu kont*l maling itu kelak menembusi kemaluannya. Dan impian tahuku itu rupanya mulai menggairahkan syahwat birahiku. Dalam tergelimpang sembari mata tidak terlepas melihati tingkah lelaki maling telanjang yang melata bak kadal komodo di atas badan pasrah istriku yang elok kont*lku jadi menegang. Saya ngaceng.


Aku saksikan begitu maling itu masuk ke Selangkangan istriku. Ia menciumi serta menyedoti paha Fatimah dan tinggalkan merah cupang setiap rambahannya. Tetapi yang bikin jantungku berdegap cepat yakni geliat-geliat badan istriku yang terlilit dan desah dari mulutnya yang terbungkam. Saya sekali-kali tidak menyaksikannya menjadi perlawanan orang yang disakiti dan dirampas kehormatannya. Istriku terlihat demikian terbenam nikmati tingkah maling itu.


Saya meyakinkan jika Fatimah udah terbenam dalam selera seksualnya. Ia menggeliang-geliat dan menggoyang-goyangkan badannya teristimewa pinggul dan bokongnya. Fatimah alami kegatalan birahi yang paling hebat serta sekarang nuraninya terus jemput serta rindui kenyotan bibir sang maling itu. Saat itu saya usaha selalu memikir positip. Kalau sangatlah berat menampik bujukan syahwat sama dengan yang dirasakannya. Secara perlahan dan pastilah kont*lku sendiri bertambah keras dan tegak saksikan yangharus saya lihat itu.


Serta klimaks dari pertarungan ‘perkosaan' itu terjadi. Lelaki maling itu menenggelamkan bibirnya ke Bibir vagina Fatimah. Ia mengisap serta mengenyoti itil istriku serta meneruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya. Gak terelak..


Dalam kucuran keringat yang terperas dari badannya Fatimah menjerit dalam gumam desahnya. Bokongnya bertambah diangkatnya tinggi-tinggi. Ia terlihat akan mencapai orgasmenya. Bukan main. Rata-rata benar-benar susah buat Fatimah mendapatkan orgasme. Kesempatan ini belum lagi maling itu lakukan penetratif ia sudah dekat di pucuk kepuasan syahwatnya. Ah.. Tonton ituu.. Betul.. Fatimah menggapai orgasmenya.. Nittaa..


Ia membawa tinggi bokongnya dan masih Diangkatnya sampai sejenak sembari terkejat-kejat. Kelihatan biarpun tangannya terlilit jari-jarinya mengepal seperti ingin meremas suatu hal.sebuah hal.  Dan kaki-kakinya yang meregang mengatakan begitu nikmat syahwat sedang menimpanya. Tersebut yang dapat ditunjukkan olehnya disebabkan tangan dan kakinya masih terlilit ke tempat tidur.


Serta si maling peka. Sebelumnya terburu Fatimah Kepayahan ia naik menindih badan istriku dan membantu kont*lnya ke lubang vaginanya. Sekian kali ia mengocak kecil sebelumnya terakhir kemaluan yang cukuplah besar serta panjangnya itu menembus dan ambles ditelan mem*k istriku.


Maling itu langsung mengayun-ayunkan kont*lnya ke lubang nikmat yang kelihatannya disemangati oleh istriku dengan menggoyang serta membawa-angkat bokong dan pinggulnya biar kont*l itu dapat menyentuhi gerbang rahimnya.


Saya sendiri begitu terbakar birahi Lihat kejadian itu. Terutama bagaimana paras istriku dengan rambutnya yang berkeringat mawut jatugh ke dahi serta alisnya. kont*lku benar-benar terhenti oleh celana sempitku. Saya tidak bisa lakukan apapun buat Melepas dorongan syahwatku.


Pacuan maling itu kian cepat serta kerap. Saya yakinkan kalau maling itu lagi dirambati nikmat birahinya. kont*lnya yang makin teguh kaku terlihat licin berkilat sebab cairan birahi yang melumasinya kelihatan seperti piston diesel masuk-keluar menembusi mem*k istriku. Saya renungkan begitu nikmat menerpa istriku. Dengan keadaannya yang terus terlilit di dipan, bokongnya tampak turun-naik atau mengegos menyahut pompan kont*l lelaki maling itu.


Tidak lama lagi spermanya dapat muncrat isi rongga kemaluan istriku. Dan Kedengarannya istrikupun dapat mendapat orgasmenya kembali. Orgasme berturut-turut. Bukan main. Sepanjang menikah saya dapat kalkulasi berapakah kali ia berkejat-kejat jemput orgasmenya. Tetapi bersama maling ini tidaklah sampai 1 jam ia mau jemput orgasmenya yang ke dua.


Waktu-waktu pucuk orgasme dan ejakulasinya kian dekat, lelaki itu merapatkan mukanya ke paras Fatimah dan tangannya menggapai lalu lepaskan lakban di mulut istriku. Akan tetapi ia tidak memberikan peluang buat teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut istriku. Saya lihat mereka sama sama berpagut. Dan itu bukan pagutan paksakan. Istriku terlihat menangkis lumatan bibir maling itu. Mereka terbenam dalam enaknya pagutan. Dan ahh.. ahh.. aahh..


Maling itu lepaskan cepat pagutannya serta sedikit bangun. Ia menyikat pisau dapur masih yang ada pada dekatnya. Dengan semasing sekali sikatan ke-2  ikatan tangan Fatimah terlepas. Serta pisau itu langsung dilemparnya ke lantai. Tangan maling itu cepat merengkuhi badan istriku dan bibirnya memagutinya. Serta tanpa bimbang serta sangsi demikian terlepas tangan istriku langsung memegangi badan lelaki maling ini. Saat ini saya saksikan persetubuhan yang hampir prima. Lelaki maling bersama Fatimah istriku langsung terbenam dekati pucuk syahwatnya.


Hingga…


"Aarrcchh.. Cantikk.. Saya keluaarr..


Hhoohh.. Ampun


Istriku pun mendesis top, tidaklah ada perkataan tetapi terang, ia kembali mendapat orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas ia dapat mengeluarkan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung maling itu serta memasukkan kukunya. Tampak bilur sejajar memanjang di kiri kanan punggungnya merembes kemerahan. Punggung maling itu sempat luka dan berdarah.


Masih sejenak mereka pada suatu dekapan saat sebelum pada akhirannya lelaki maling itu bangun serta menarik kont*lnya dari kemaluan istriku. Aku segera melihat spermanya yang kental meluap tumpah dan menetes dari lubang vagina Fatimah. Sebentar mata maling itu melihati badan istriku yang terlihat loyo.

Post a Comment

Previous Post Next Post